Sore itu di sudut teras rumah Laila,
gadis kecil dengan sorot mata yang sendu dan kecil, menerawang hujan dan
suaranya yang berjatuhan menerpa genting dan tanah. Aroma hujan sangat khas
yang membuat gadis itu jatuh cinta. Kak Hanum mendekati Laila. Langkahnya kecil
dan suara kakinya terkalahkan oleh nyanyian hujan itu. Tak membuyarkan lamunan Laila.
Tangan Kak Hanum menepuk halus
pundak gadis kecil di depannya. Cerita Laila pun berhamburan entah kemana. Laila
disuruh segera masuk karena hari sudah semakin gelap. Tapi Laila tak mengacuhkan
permintaan kakaknya. Hingga akhirnya Kak Hanum duduk disebalah Laila dan berusaha
berbicara dalam diam. Menerobos hujan untuk memahami Laila.
Akhirnya pecahlah keheningan
diantara keduanya.
“ Hidup ini aneh ya Laila? Disaat
orang diluar sana berlarian menghindari hujan justru kita disini menikmati
hujan? Disaat ada orang-orang yang berjuang atas dasar kemanusiaan dan kejujuran
disisi lain ada yang justru saling sikut dan menjatuhkan. Kadang hidup ini
menakutkan lebih dari gurun pasir yang ada di Afrika lebih ganas dari Amazon
yang ada di Amerika.”
“ Hidup ini tak aneh bagiku.
Bagiku yang hanya hidup dengan bantuan orang lain, mereka semua baik. Mereka
selalu membantuku. Menyebrang, jalan, belanja, bahkan saat Laila ingin makan.
Terkadang aku berpikir kalau aku lah yang sangat jahat karena selalu merepotkan
orang lain, aku tak pernah berbuat baik. Yang aku lakukan hanya menunggu
datangnya bantuan dari orang lain. Bahkan ketika aku ingin mencoba semuanya
sendiri masih saja mengkhawatirkan ibu dan bapak. Setidaknya aku sudah tak
peduli apa yang mereka bicarakan dibelakangku. Saat mereka mendatangiku dengan
suara yang ringan dan kubayangKakn senyum manis tersungging di wajah mereka itu
sudah cukup bagiku. Selama mereka tak pernah menggangku. Aku mungkin tak
melihat tapi Allah melihatnya Kak. Allah kan Maha Adil. “
“Kamu benar Laila, tapi bukankah
kita sebagai manusia harus saling mengingatkan?”
“Kalau sudah kita ingatkan mereka
tetap seperti itu biarkan saja Kak. Hidayah itu yang ngatur Allah. Kewajiban
kita kan sebatas mengingatkan dan mendoakan Kak. Bukankah apa yang kita pikirkan
itu yang kita lakukan? Kalau sekarang aku berpikir dunia itu baik aku hanya
berharap maka itu akan baik Kak. Aku tak peduli kata orang aku bodoh atau
polos. Mungkin iya aku itu bodoh yang terlalu menganggap remeh semua hal, tapi hanya
itu yang dapat aku lakukan Kak. Kak Hanum jangan terlalu kompleks melihat hidup
ini. Kadang itu perlu tapi kalau seperti ini kakak tak akan menikmati hidup dan
bersukur. Nikmati saja Kak selagi Kakak dapat menikmati semuanya. “
Kak hanum hanya terdiam. Apa yang
dikatakann adik kecilnya tidak semuanya salah. Baginya dunia ini sederhana,
indah, bahkan baik. Laila mengajarkan Kakaknya melihat dunia tidak dengan hanya
mata biasa tapi juga dengan mata hati. Gadis kecil itu tersenyum melihat harum
kesegaran hujan menyentuh hidungnya. Kak hanum menutup matanya dan mengikuti
adiknya tersenyum. Entah apa yang adiknya tertawaKakn dalam kegelapan matanya
tetapi hatinyalah yang benar-benar menunjukKakn keindahan dunia pada Laila.