Silakan Cari disini

Kamis, 24 Maret 2016

Hanum Laila : Pure and innocent



Sore itu di sudut teras rumah Laila, gadis kecil dengan sorot mata yang sendu dan kecil, menerawang hujan dan suaranya yang berjatuhan menerpa genting dan tanah. Aroma hujan sangat khas yang membuat gadis itu jatuh cinta. Kak Hanum mendekati Laila. Langkahnya kecil dan suara kakinya terkalahkan oleh nyanyian hujan itu. Tak membuyarkan lamunan Laila.
Tangan Kak Hanum menepuk halus pundak gadis kecil di depannya. Cerita Laila pun berhamburan entah kemana. Laila disuruh segera masuk karena hari sudah semakin gelap. Tapi Laila tak mengacuhkan permintaan kakaknya. Hingga akhirnya Kak Hanum duduk disebalah Laila dan berusaha berbicara dalam diam. Menerobos hujan untuk memahami Laila.
Akhirnya pecahlah keheningan diantara keduanya.
“ Hidup ini aneh ya Laila? Disaat orang diluar sana berlarian menghindari hujan justru kita disini menikmati hujan? Disaat ada orang-orang yang berjuang atas dasar kemanusiaan dan kejujuran disisi lain ada yang justru saling sikut dan menjatuhkan. Kadang hidup ini menakutkan lebih dari gurun pasir yang ada di Afrika lebih ganas dari Amazon yang ada di Amerika.”
“ Hidup ini tak aneh bagiku. Bagiku yang hanya hidup dengan bantuan orang lain, mereka semua baik. Mereka selalu membantuku. Menyebrang, jalan, belanja, bahkan saat Laila ingin makan. Terkadang aku berpikir kalau aku lah yang sangat jahat karena selalu merepotkan orang lain, aku tak pernah berbuat baik. Yang aku lakukan hanya menunggu datangnya bantuan dari orang lain. Bahkan ketika aku ingin mencoba semuanya sendiri masih saja mengkhawatirkan ibu dan bapak. Setidaknya aku sudah tak peduli apa yang mereka bicarakan dibelakangku. Saat mereka mendatangiku dengan suara yang ringan dan kubayangKakn senyum manis tersungging di wajah mereka itu sudah cukup bagiku. Selama mereka tak pernah menggangku. Aku mungkin tak melihat tapi Allah melihatnya Kak. Allah kan Maha Adil. “
“Kamu benar Laila, tapi bukankah kita sebagai manusia harus saling mengingatkan?”
“Kalau sudah kita ingatkan mereka tetap seperti itu biarkan saja Kak. Hidayah itu yang ngatur Allah. Kewajiban kita kan sebatas mengingatkan dan mendoakan Kak. Bukankah apa yang kita pikirkan itu yang kita lakukan? Kalau sekarang aku berpikir dunia itu baik aku hanya berharap maka itu akan baik Kak. Aku tak peduli kata orang aku bodoh atau polos. Mungkin iya aku itu bodoh yang terlalu menganggap remeh semua hal, tapi hanya itu yang dapat aku lakukan Kak. Kak Hanum jangan terlalu kompleks melihat hidup ini. Kadang itu perlu tapi kalau seperti ini kakak tak akan menikmati hidup dan bersukur. Nikmati saja Kak selagi Kakak dapat menikmati semuanya. “
Kak hanum hanya terdiam. Apa yang dikatakann adik kecilnya tidak semuanya salah. Baginya dunia ini sederhana, indah, bahkan baik. Laila mengajarkan Kakaknya melihat dunia tidak dengan hanya mata biasa tapi juga dengan mata hati. Gadis kecil itu tersenyum melihat harum kesegaran hujan menyentuh hidungnya. Kak hanum menutup matanya dan mengikuti adiknya tersenyum. Entah apa yang adiknya tertawaKakn dalam kegelapan matanya tetapi hatinyalah yang benar-benar menunjukKakn keindahan dunia pada Laila.