Silakan Cari disini

Sabtu, 07 Mei 2016

HANUM LAILA PART 2: MALU DAN RASA SYUKUR

Hanum Laila part 2 :  Perasaan malu dan Rasa Syukur pada Nya
Pagi yang mendung masih menyelimuti sebuah kota bagian barat Pulau Jawa. Dekapan udaranya membuat semakin lengket dengan kasur tapi tak begitu bagi Hanum dan Laila. Kedua kakak beradik yang kompak dan saling menyayangi. 
Hanum sedang mempersiapkan sarapan. Sereal dan madu ditemani dengan beberapa irisan apel dan juga pisang. Serta segelas jus segar, mix antara jeruk, timun, tomat, dan wortel. Kaya akan kombinasi buah. Sarapan yang bergizi. Begitulah pikir Hanum. Lima belas menit berlalu, Hanum sudah beres menyajikannya di atas meja.
“Laila, yuk sarapan. Kakak sudah menyiapkan sarapan yang segar supaya pagi ini semangat. Udaranya cukup menusuk.”
“Maaf kak, Aku sedang tidak sarapan untuk hari ini.”
Hanum termenung melihat adiknya yang tak sarapan padahal menu pagi itu adalah menu favorite Laila. Setelah di konfirmasi pada Laila ternyata Laila melakukan ibadah puasa sunat senin kamis.
“ Kenapa kamu puasa? Bukannya kamu tidak makan sahur ya? Kalau tidak kuat puasanya tidak apa-apa dibatalkan saja. Lagipula kan puasa sunat bukan puasa wajib. Daripada kamu sakit” pertanyaan dan kekhawatiran Hanum terhadap adiknya terpancar dari ucapannya. 
“ Iya, aku kesiangan bangun pas adzan subuh tadi kak. Insha Allah aku kuat kok kak. aku kan sudah besar. Lagipula tidak makan 12 jam manusia kuat kok kak .” Laila menyunggingkan senyum manis kepada Hanum.
Hanum tak terlalu mengerti jalan pikiran adiknya, Laila. Dia masih saja getol mengaji, shalat, puasa. Padahal menurut Hanum Tuhan tak terlalu adil pada adik kesayangannya. Tak tahan akhirnya Hanum bertanya.
“ Laila sayang, apa kamu masih merasa dunia ini adil? Kenapa kamu masih bisa mendekat pada Nya padahal Dia memberikan kamu... “ Hanum tak melanjutkan kata-katanya. Hanum menyadari kata-katanya nanti justru akan menyakiti hati adiknya. 
“ Keterbatasanku ini justru anugrah kak. Mungkin dimata orang, keterbatasanku ini adalah kerugian. Memang benar awalnya aku sangat sedih. Aku kehilangan duniaku. Ingin sekali aku kembali ke waktu itu untuk merubah semuanya tapi aku menyadari itu tak akan mungkin. Aku percaya ini keistimewaanku karena janji Nya selalu benar. Dia kan memberikan cobaan kepada yang mampu menghadapinya. Termasuk yang aku alami sekarang. Aku tau ibadah-ibadahku tak sempurna. Jauh dari kata sempurna aku pun tak tau akankah semua yang aku lakukan akan diterima Nya atau tidak. Justru karena itulah aku rajin beribadah. Kemudian aku sendiri sudah terlalu malu pada Tuhan kak. Kakak tau kenapa?”
Hanum menggeleng. Segera dia mengatakan tak tahu karena adiknya tak akan mengerti arti gelengannya.
“ Aku terlalu malu pada Tuhan. Dia memberiku banyak sekali nikmat kak. Bahkan aku sudah tak bisa dan tak akan bisa menghitungnya. Duniaku yang sekrang diambil dariku itu juga milik Tuhan kak. Untuk apa aku meratapi nasib yang tak akan mengubah apapun. Tak akan memberiku dunia yang lama. Mungkin serajin-rajinnya aku beribadah aku tak akan menjadi sesuci ummul mukmin. Tapi justru itulah kak. Rajin saja belum tentu diterima Tuhan apalagi kalau tidak melakukan sama sekali. Setidaknya dari 100 kali puasaku satu saja puasaku diterima Nya. Terkadang aku juga malu kak terus meminta pada Tuhan oleh sebab itu aku melakukan semua ibadahku karena sebagai rasa sukur dan terima kasih ku pada Nya, setidaknya masih mengijinkan aku berbicara pada mu kak. Memberikan ku lebih sensitif dalam hal pendengaran. Allah itu adil kak. Tenang saja .”
Hanum hanya tertegun. Hanum terkejut dengan pandangan Laila. Meskipun Laila 3 tahun dibawahnya tapi menurut Hanum Laila jauh lebih dewasa meninggalkannya. Benar apa kata Laila. Begitulah pikir Hanum. Ibadah yang dilakukan Laila semata-mata sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan atas semua yang sudah dianugrahkan kepadnya. Laila menganggap kekurangannya bukan suatu masalah dan penyebab dirinya membenci Tuhan. Begitu mulia hati Laila. 
Sekali lagi. Hanum diberikan pelajaran berharga dari adiknya. Bagiamana dia mendedikasikan hidupnya untuk beribadah. Polos, naif, dan lugu. Mungkin itu kata – kata yang ingin diucapkkan Hanum tapi sungguh pernyataan dan pemikiran Laila telah memukul hati hanum. Hanum remuk dibuatnya. Dia pun berjanji akan memperbaiki diri mengejar ketertinggalan dari sang adik mendekati Nya. 

21 April 2016 09.47 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar